
Jakarta - PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) melaporkan kinerja keuangan semester I 2025 dengan hasil beragam: pendapatan naik, tetapi laba bersih anjlok. Di tengah lesunya pasar otomotif nasional, bagaimana perusahaan ini mempertahankan pertumbuhan—dan mengapa profitabilitasnya terdampak signifikan?
Pendapatan Naik Tipis, Laba Justru Terjun Bebas
VKTR mencatatkan kenaikan pendapatan bersih sebesar 1,2% year-on-year (YoY), dari Rp409 miliar (1H 2024) menjadi Rp414 miliar (1H 2025). Namun, laba bersih yang diatribusikan kepada pemegang saham justru merosot 66,7% YoY, dari Rp15,1 miliar menjadi hanya Rp4,7 miliar.
Aset Meningkat, Utang Juga Membengkak
Di sisi neraca, VKTR menunjukkan pertumbuhan aset 11,4% menjadi Rp1,79 triliun (dari Rp1,6 triliun di akhir 2024). Peningkatan ini didorong oleh:
- Penyelesaian pabrik baru di Magelang untuk memperkuat produksi kendaraan listrik
- Penerimaan uang muka pesanan besar dari pelanggan strategis
Namun, liabilitas juga melonjak 38,4% YoY menjadi Rp627 miliar, terutama karena kebutuhan modal kerja.
Strategi Bertahan di Pasar yang Lesu
Meski penjualan kendaraan nasional turun 9% (data Gaikindo), VKTR berhasil tumbuh 4% di segmen suku cadang berkat permintaan dari pelanggan kendaraan komersial. Beberapa pencapaian lain:
- Pesanan 10 unit transporter dari penyedia travel di Jawa Barat
- Perakitan 80 unit bus listrik CKD untuk Transjakarta
- Kerja sama pembiayaan dengan Mandiri Tunas Finance (MTF) untuk percepat adopsi kendaraan ramah lingkungan
Fokus ke Depan: Efisiensi dan Ekspansi Kendaraan Listrik
Menghadapi semester II 2025, VKTR berkomitmen memperkuat penjualan dan efisiensi produksi.
Dengan strategi diversifikasi produk dan peningkatan TKDN, VKTR berharap bisa membalikkan tren penurunan laba di sisa tahun ini.
0 Komentar