Demo Tuntut Cabut Tunjangan DPR RI di Pontianak Berakhir Ricuh

Terbit pada : 28 Agustus 2025
Waktu Baca : 2 Menit

Unjuk rasa di depan Gedung DPRD Kalimantan Barat
LINTASWAKTU33Aksi Mahasiswa "Kalbar Bergerak" di DPRD Kalbar Berujung Ricuh

Pontianak – Aksi demonstrasi yang digalang oleh BEM Universitas Tanjungpura bersama sejumlah elemen masyarakat di depan Gedung DPRD Provinsi Kalimantan Barat pada Rabu (28/8/2025) berakhir dengan kericuhan. Ketegangan memuncak saat aparat keamanan berupaya membubarkan massa menggunakan water cannon dan gas air mata.

Aksi bertajuk Kalbar Bergerak ini mulanya berlangsung secara damai. Para peserta aksi menyuarakan lima tuntutan utama, antara lain mendesak pencabutan tunjangan DPR RI yang dinilai berlebihan dan tidak mencerminkan empati terhadap kondisi rakyat. Selain itu, massa juga menuntut pengesahan RUU Perampasan Aset sebagai langkah konkret dalam upaya pemberantasan korupsi.

Tuntutan lainnya meliputi peningkatan kesejahteraan guru dan dosen melalui kenaikan gaji, penyelesaian persoalan Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang merusak lingkungan, serta penghentian tindakan represif aparat terhadap rakyat dan aktivis mahasiswa.

Dalam siaran persnya, BEM Universitas Tanjungpura menyoroti ketimpangan moral yang terjadi di tengah masyarakat. Mereka mengkritik keras perilaku anggota DPR RI yang dinilai tidak peka terhadap penderitaan rakyat.

"Ketika rakyat berjuang melawan kesulitan hidup, para wakilnya justru berpesta pora. Ini jelas menyakiti akal sehat publik,” bunyi salah satu pernyataan BEM Untan.

Massa yang telah berkumpul sejak pagi melakukan orasi secara bergantian. Mereka sempat mencoba masuk ke dalam gedung DPRD namun dihalangi oleh barikade aparat keamanan.

Perwakilan DPRD Provinsi Kalbar, Zulfydar, menemui massa untuk menerima aspirasi mereka. Ia hadir mewakili Ketua DPRD yang sedang tidak berada di tempat. Dalam pernyataannya, Zulfydar menegaskan bahwa pihaknya akan menyampaikan semua tuntutan mahasiswa kepada pimpinan DPRD.

Namun situasi memanas saat aparat meminta massa membubarkan diri sebelum adanya kepastian atas tuntutan mereka. Ketegangan meningkat hingga gas air mata ditembakkan ke arah pengunjuk rasa, yang dibalas dengan lemparan botol dan tanaman oleh mahasiswa. Sejumlah peserta aksi dilaporkan mengalami luka-luka.

Syariful Hidayatullah, Ketua BEM Politeknik Negeri Pontianak, mengecam keras tindakan represif aparat. Ia turut menjadi korban dalam aksi tersebut.

“Sayangnya hari ini tindakan represif justru dipertontonkan. Banyak kawan kami terluka, termasuk saya sendiri. Kami berharap ada reformasi nyata di tubuh Polri, dan kepada seluruh mahasiswa – tetap semangat dan terus berjuang,” ujar Syariful.


Penutup:

Aksi ini menjadi gambaran nyata keresahan generasi muda terhadap ketimpangan sosial dan lemahnya kepedulian wakil rakyat terhadap kondisi bangsa. Ketegasan dalam menyuarakan keadilan patut diapresiasi, namun semua pihak diharapkan tetap menjunjung tinggi prinsip damai dan dialog. Negara perlu hadir bukan untuk menekan suara rakyat, tetapi untuk mendengarkannya.

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama