Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Curahan Hati Warga Muara Angke Waswas Banjir Rob Tiap Hari


 LINTASWAKTU33 - Kawasan permukiman padat penduduk di Muara Angke, Jakarta Utara, hingga saat ini masih terus mengalami masalah banjir rob yang berulang. Kehidupan sehari-hari warga di daerah pesisir ini tidak bisa lepas dari ancaman genangan air laut yang kerap merendam jalan dan rumah-rumah mereka.

Pada Sabtu siang (14/6/2025) sekitar pukul 12.00 WIB, Jalan Dermaga Ujung kembali terendam air rob dengan ketinggian mencapai 10 cm. Kendaraan roda dua tetap melintas di tengah genangan, menerobos air yang menggenangi permukaan jalan. Padahal, lokasi pemukiman ini hanya berjarak sekitar dua lapangan bola dari garis pantai.

Warga setempat sebenarnya telah berusaha beradaptasi dengan kondisi alam ini. Mereka membangun rumah dengan lantai yang lebih tinggi dari permukaan jalan, sebagai upaya sederhana untuk mencegah air mudah masuk. Namun upaya ini seringkali tidak cukup ketika air pasang datang lebih tinggi dari perkiraan.

Persiapan menghadapi banjir sudah menjadi rutinitas harian. Di depan setiap rumah, selalu tersedia sepatu boot yang siap digunakan kapan saja. "Ini sudah seperti perlengkapan wajib di rumah kami," ujar salah seorang warga sambil menunjukkan sepatu boot karetnya yang selalu siap di teras rumah.

Tidak hanya infrastruktur jalan yang rusak parah akibat terus terendam air asin. Beberapa bangunan rumah tampak tidak terurus dengan baik, menunjukkan bahwa pemiliknya mungkin sudah menyerah dan memilih meninggalkan tempat tinggal mereka. Dinding-dinding yang lapuk dan atap yang bocor menjadi pemandangan umum di beberapa bagian permukiman ini.

Ameh, Ketua RT 05 setempat, mengungkapkan kekhawatiran mendalam warganya. "Setiap hari kami hidup dalam kecemasan. Tidak pernah tahu kapan air akan datang dan seberapa besar banjir yang akan terjadi," keluhnya saat ditemui di antara rumah-rumah warga yang basah oleh air rob.

Masalah ini bukanlah fenomena sesaat, melainkan konsekuensi dari kondisi geografis Muara Angke yang berada di bawah permukaan laut. "Kami seperti hidup di mangkuk yang siap diisi air kapan saja," tambah Ameh, menggambarkan kerentanan kawasan tempat tinggalnya.

Dampak banjir rob ini sangat merugikan. Barang-barang elektronik seperti televisi dan kulkas sering menjadi korban. Warga pun mengembangkan strategi bertahan dengan menempatkan perabotan di atas meja atau bangku. Namun ketika air pasang sangat tinggi, upaya ini seringkali sia-sia.

"Kami sudah seperti pelanggan tetap banjir rob," kelakar Ameh dengan nada getir. "Hampir tidak ada hari tanpa genangan di rumah-rumah kami ketika air laut pasang."

Fakta bahwa daratan di Muara Angke lebih rendah dari permukaan laut membuat masalah ini semakin kompleks. "Tidak perlu hujan deras, cukup air pasang saja, kami sudah kebanjiran," jelas Ameh sambil menunjuk tanda-tanda bekas genangan di dinding rumahnya.

Kondisi ini memaksa warga untuk terus waspada dan beradaptasi, meski dengan segala keterbatasan yang mereka miliki. Harapan akan solusi permanen seperti proyek tanggul mitigasi banjir rob terus mereka nantikan, sementara di saat yang sama mereka harus bertahan dengan kondisi yang ada.



Information : rocky marmata
Terbit pada : 15 June 2025
Waktu Baca : 3 Menit


Posting Komentar

0 Komentar