
Ringkasan singkat: Raden Wijaya dan sekutunya, termasuk Arya Wiraraja, menggunakan strategi cerdik baik di darat maupun laut hingga memaksa pasukan Mongol mundur dari Pulau Jawa. Peristiwa ini akhirnya menandai kelahiran Kerajaan Majapahit pada 10 November 1293.
SEMARANG – Pasukan Tartar Mongol dari Cina terpaksa gigit jari saat pertempuran di Pulau Jawa. Pasukan yang dikenal tangguh dan jarang sekali kalah perang itu akhirnya takluk oleh strategi cerdik Raden Wijaya dan Arya Wiraraja.
Dua tokoh tersebut menjadi kunci utama bagaimana pasukan Tartar harus pulang dengan tangan hampa. Armada laut dan kekuatan militer Mongol berhasil dilumpuhkan oleh pasukan Jawa. Tak sedikit prajurit Mongol yang tewas dalam serbuan itu.
Pertempuran di Darat dan Laut
Di pantai, armada pasukan Jawa yang dipimpin Rakryan Mantri Arya Adikara berhasil menghancurkan sejumlah kapal Mongol. Pasukan Mongol pun mundur secara kacau karena angin muson yang membawa mereka pulang akan segera berakhir. Jika terlambat, mereka bisa terjebak di Pulau Jawa selama enam bulan berikutnya.
Setelah semua pasukan Mongol naik ke kapal di pesisir, pertempuran sengit di laut pun tak terhindarkan. Armada Jawa berhasil menghalau pasukan Mongol hingga mereka akhirnya berlayar kembali menuju Quanzhou selama 68 hari.
Kekalahan Telak Pasukan Mongol
Akibat pertempuran itu, pasukan Mongol kehilangan sekitar 3.000 prajurit terbaik, dengan total korban mencapai 12.000 hingga 18.000 jiwa. Jumlah tawanan tidak diketahui pasti, sementara banyak kapal Mongol juga hancur.
Pada Juni 1293, sisa pasukan Mongol tiba kembali di Cina. Mereka membawa anak-anak Jayakatwang serta lebih dari 100 perwiranya. Selain itu, mereka juga membawa peta negara, catatan populasi, dan surat bertuliskan huruf emas dari Sang Raja Jawa.
Pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka, bertepatan dengan 10 November 1293, dilakukan penobatan Raden Wijaya (Sanggramawijaya atau Dyah Wijaya) sebagai raja pertama Kerajaan Majapahit.
Hari bersejarah itu kemudian dikenal sebagai tanggal kelahiran Kerajaan Majapahit, kerajaan besar yang berdaulat setelah menggulingkan Kadiri dan mengusir bangsa Mongol dari Jawa. Raden Wijaya bergelar Sri Kertarajasa Jayawardhana dan memindahkan ibu kota ke Trowulan, wilayah yang kini berada di perbatasan Mojokerto–Jombang, Jawa Timur.
Menurut prasasti tahun 1305 M, nama abhiseka Raden Wijaya — Kertarajasa Jayawardhana — terdiri dari empat unsur bermakna dalam:
1. Kerta
Melambangkan upaya Raden Wijaya memperbaiki Pulau Jawa dari kekacauan dan menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya, seperti matahari yang menerangi bumi.
2. Rajasa
Menggambarkan kejayaan Raden Wijaya dalam mengubah suasana gelap menjadi terang setelah mengalahkan musuh. Ia dikenal sebagai penggempur musuh yang tangguh.
3. Jaya
Melambangkan kemenangan dan kekuatan, dengan simbol senjata trisula bermata tiga, yang digunakan untuk menghancurkan musuh-musuhnya.
4. Wardhana
Mengandung makna bahwa Raden Wijaya menghidupkan kembali ajaran agama, meningkatkan hasil bumi, dan membawa kesejahteraan bagi rakyat Majapahit.
Kemenangan Raden Wijaya atas pasukan Mongol bukan hanya kisah tentang kecerdikan strategi perang, tetapi juga menjadi tonggak kelahiran Kerajaan Majapahit pada 10 November 1293. Dari momen inilah, Majapahit tumbuh menjadi salah satu kerajaan terbesar dan paling berpengaruh di Asia Tenggara.