LINTASWAKTU33 - Sejarah dunia modern tidak lepas dari benturan peradaban antara Barat dan Timur. Salah satu peristiwa paling pahit dalam catatan sejarah Tiongkok adalah Perang Candu (Opium Wars) yang terjadi pada abad ke-19. Perang ini bukan hanya tentang perdagangan barang haram, tetapi juga simbol perebutan kekuasaan, dominasi ekonomi, dan kehancuran sebuah bangsa besar yang sebelumnya percaya diri dengan keunggulannya.
Berita viral Bagi Tiongkok, Perang Candu adalah luka mendalam yang meruntuhkan kejayaan Dinasti Qing dan membuka jalan bagi campur tangan asing. Bagi Inggris dan Barat, perang ini menjadi tonggak kemenangan kolonialisme dan perdagangan global. Artikel ini akan membahas secara lengkap latar belakang, jalannya perang, serta dampaknya terhadap Tiongkok, sekaligus mengulas mengapa peristiwa ini masih relevan dalam memahami dinamika politik dunia hingga sekarang.
Latar Belakang : Perdagangan dan Candu
Sejak abad ke-16, bangsa Eropa telah berdagang dengan Tiongkok. Produk-produk Tiongkok seperti teh, porselen, dan sutra sangat diminati di Eropa. Namun, Dinasti Qing bersikap hati-hati terhadap pengaruh asing. Mereka hanya membuka pelabuhan tertentu, terutama di Guangzhou (Kanton), dan membatasi aktivitas pedagang Barat.
Kondisi ini membuat Inggris mengalami defisit perdagangan karena mereka membeli banyak produk dari Tiongkok tetapi tidak punya komoditas setara untuk ditukar. Solusi Inggris datang dari koloni mereka di India: candu.
Pada awalnya, candu masuk dalam jumlah kecil sebagai obat. Namun, pada abad ke-18 hingga ke-19, impor candu melonjak drastis. Rakyat Tiongkok—mulai dari pedagang hingga pejabat—banyak yang kecanduan. Hal ini menyebabkan kerugian ekonomi besar dan melemahkan tenaga kerja. Perak, sebagai alat pembayaran utama, mengalir keluar dari Tiongkok menuju pedagang Inggris.
Melihat ancaman ini, pemerintah Qing berusaha menghentikan perdagangan candu. Pada 1839, Kaisar Daoguang mengutus pejabat tegas bernama Lin Zexu untuk memberantas candu di Kanton. Langkah Lin yang menghancurkan lebih dari 20.000 peti candu Inggris memicu reaksi keras, dan inilah awal mula Perang Candu Pertama.
SITUS SLOT GACOR TERPERCAYA DI INDONESIA
Perang Candu Pertama (1839–1842)
Inggris, dengan teknologi militer modern berupa kapal uap dan meriam jarak jauh, melancarkan serangan ke pantai-pantai Tiongkok. Sementara itu, pasukan Qing masih mengandalkan senjata tradisional dan taktik perang kuno.
Pertempuran berlangsung timpang. Armada Tiongkok kalah di laut, sementara kota-kota pelabuhan tidak mampu bertahan. Dalam waktu singkat, Inggris menguasai jalur perdagangan penting.
Akhirnya, pada 1842, Qing dipaksa menandatangani Perjanjian Nanking (Treaty of Nanking)—perjanjian tidak adil pertama dalam sejarah Tiongkok modern. Isinya:
- Tiongkok menyerahkan Hong Kong kepada Inggris.
- Membuka lima pelabuhan treaty ports (Guangzhou, Shanghai, Ningbo, Fuzhou, Xiamen) untuk perdagangan asing.
- Membayar ganti rugi besar kepada Inggris.
- Memberikan hak istimewa bagi pedagang asing.
Perjanjian ini menandai awal dari era keterbukaan paksa Tiongkok kepada Barat dan runtuhnya kedaulatan Qing.
Perang Candu Kedua (1856–1860)
Kekalahan dalam Perang Candu Pertama tidak menghentikan tekanan asing. Inggris, kali ini bersekutu dengan Prancis, mencari alasan baru untuk memperluas pengaruh. Tahun 1856 meletus Perang Candu Kedua setelah insiden “Arrow”—kapal Tiongkok yang terdaftar di Hong Kong.
Pasukan gabungan Inggris-Prancis menyerang Guangzhou, Tianjin, hingga Beijing. Kekuatan militer Qing kembali tak berdaya.
Hasilnya adalah Perjanjian Tianjin (1858) dan Konvensi Peking (1860), yang semakin mempermalukan Tiongkok:
- Lebih banyak pelabuhan dibuka untuk asing.
- Perdagangan candu dilegalkan.
- Warga asing diberi hak ekstrateritorialitas (tidak tunduk pada hukum Tiongkok).
- Kedutaan asing boleh berdiri di Beijing.
- Inggris-Prancis menjarah dan membakar Yuanmingyuan (Summer Palace), simbol kejayaan budaya Qing.
Dampak Perang Candu bagi Tiongkok
Perang Candu meninggalkan luka mendalam bagi bangsa Tiongkok, dengan dampak yang terasa hingga abad ke-20.
- Kehilangan Kedaulatan
Perjanjian-perjanjian tidak adil membuat Qing kehilangan kendali atas perdagangan, hukum, dan wilayahnya.
- Keruntuhan Ekonomi
Aliran perak keluar, industri dalam negeri melemah, dan ketergantungan candu merusak produktivitas.
- Keterpurukan Sosial
Candu menyebabkan kerusakan moral dan fisik jutaan rakyat.
- Kebangkitan Nasionalisme
Penghinaan dari asing menimbulkan kesadaran bahwa Tiongkok perlu melakukan reformasi. Dari sinilah muncul gerakan Self-Strengthening Movement, revolusi intelektual, hingga akhirnya revolusi politik pada awal abad ke-20.
- Pintu Masuk Modernisasi
Meski menyakitkan, interaksi dengan Barat melalui treaty ports membawa teknologi baru, percetakan, pendidikan modern, dan pemikiran politik yang kelak memengaruhi pembaruan Tiongkok.
Lin Zexu : Pahlawan Anti-Candu
Di tengah kehancuran, sosok Lin Zexu tetap dikenang sebagai pahlawan nasional Tiongkok. Ia berani menantang Inggris dengan kebijakan keras memberantas candu. Kata-kata terkenalnya berbunyi:
"Jika kita harus binasa karena candu, biarlah kita binasa. Namun jangan biarkan generasi mendatang hancur karena candu."
Meski gagal menghentikan serbuan Inggris, semangat Lin Zexu menginspirasi rakyat Tiongkok untuk terus melawan dominasi asing.
Warisan Sejarah dan Makna Global
Perang Candu bukan hanya kisah tentang Tiongkok, tetapi juga cerminan dari wajah kolonialisme global. Inggris, demi keuntungan ekonomi, rela menghancurkan kesehatan sebuah bangsa.
Hari ini, peristiwa tersebut menjadi pelajaran berharga tentang bahaya perdagangan tidak adil dan pentingnya kedaulatan bangsa. Di Tiongkok modern, Perang Candu sering dijadikan pengingat tentang “abad penghinaan” (century of humiliation) yang harus ditebus dengan kebangkitan nasional.
Perang Candu adalah tragedi besar dalam sejarah Tiongkok, sebuah kisah tentang bagaimana perdagangan candu menjadi alat kolonialisme yang menghancurkan masyarakat, ekonomi, dan kedaulatan. Namun, dari kehancuran itu juga lahir kesadaran nasional yang kelak menjadi landasan bagi modernisasi dan kebangkitan Tiongkok.
Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa sejarah selalu menyimpan pelajaran: bangsa yang kuat pun bisa runtuh bila lengah terhadap kekuatan asing dan perdagangan tidak adil. Bagi Tiongkok, Perang Candu adalah luka, tetapi sekaligus awal dari perjalanan panjang menuju kebangkitan kembali.
#jaguar33 #j33 #jaguar33linkalternatif #jaguar33login #beritaviral #viral #freebet #freechip #gacor #slotgacor #slotonline #beritaterkini #beritaterupdate #trending #beritatrending #ViralHariIni #TrendingNow #terpopuler #september2025 #china #sejarah #warisanbudaya #DiorSS26 #Paris #Halloween #DUNK25thBirthday #TVRI #HKBP #Uptober #TheDarkDiceSeriesEP4 #BreezeQuickWashxJasper #JiminAtDiorFashionShow #Tempest #MEDIHEALFOURTH #ppnaravit #NuNewDebutShowDay