Dipublikasikan oleh LeonardoImam •

Matheus Cunha akhirnya buka suara soal perjalanan awalnya bersama Manchester United. Striker asal Brasil itu mengaku, adaptasi di klub sebesar United tidak semudah yang dibayangkan. Dalam wawancara eksklusif yang dikutip dari berbagai media Inggris, Cunha menjelaskan bagaimana tantangan mental, taktik, dan ekspektasi tinggi membuat awal kariernya di Old Trafford terasa berat. Untuk pembaca yang mengikuti berita sepak bola internasional.
Awal yang Berat di Old Trafford
Didatangkan dari Wolverhampton Wanderers pada musim panas 2025 dengan nilai transfer mencapai £62,5 juta, Cunha diharapkan menjadi solusi lini depan Mustang303 – Link Terbaru Hari Ini Setan Merah yang sering tumpul musim lalu. Pelatih baru Ruben Amorim sangat mengandalkan kreativitas, mobilitas, dan agresivitas Cunha untuk menghidupkan sistem serangan 3-4-3 miliknya.
Namun, setelah beberapa laga awal, Cunha belum tampil konsisten. Dalam laga debut pra-musim melawan Leeds United di Stockholm, ia memang menunjukkan kerja keras dan visi permainan bagus, tetapi belum menghasilkan gol atau assist. Ritme permainan MU pun dinilai belum menyatu, terutama di sektor depan yang masih sering kehilangan koordinasi.
“Saya tahu ekspektasinya besar. Bermain untuk Manchester United tidak hanya soal kualitas, tapi juga mentalitas. Di sini tekanan datang dari semua arah — media, suporter, bahkan dari diri sendiri,” ujar Cunha, seperti dikutip dari Kompas.id.
Masalah Cedera dan Kondisi Fisik
Masalah lain yang memperlambat adaptasi Cunha adalah cedera hamstring ringan yang dialaminya saat laga kontra Burnley di awal Oktober 2025. Ia sempat absen dalam dua laga dan harus menjalani program pemulihan di Carrington.
“Saya sedikit frustrasi karena baru mulai menemukan ritme, tapi kemudian cedera datang. Namun staf medis bekerja luar biasa, dan saya bertekad kembali secepat mungkin,” ujar Cunha kepada SABC Sport.
Amorim memastikan kondisi Cunha kini berangsur membaik dan kemungkinan besar bisa kembali tampil saat derby melawan Manchester City akhir bulan ini.
Kesulitan Taktis: Sistem Baru, Peran Baru
Secara taktik, Cunha juga masih menyesuaikan diri dengan filosofi Amorim yang berbeda dibanding di Wolves. Dalam formasi 3-4-3 versi Amorim, ia sering ditempatkan bukan sebagai striker murni, melainkan penyerang lubang yang bergerak bebas di belakang ujung tombak.
Peran itu menuntut mobilitas tinggi, pemahaman ruang, dan kerja sama intens dengan gelandang serang seperti Bruno Fernandes serta winger muda Amad Diallo. Amorim menilai Cunha memiliki potensi besar untuk berkembang dalam sistem ini, tapi butuh waktu agar komunikasi di lapangan berjalan sempurna.
“Cunha memiliki kualitas luar biasa. Ia bisa membuka ruang dan menekan lawan dengan intensitas tinggi. Tapi di MU, tempo dan ekspektasi jauh lebih tinggi dibanding klub sebelumnya. Ia butuh waktu untuk klik dengan tim,” jelas Amorim.
Keyakinan dan Harapan ke Depan
Meski awalnya sulit, Cunha menegaskan tidak akan menyerah. Ia bertekad menjadikan tekanan dan kritik sebagai bahan pembelajaran. Pemain asal Brasil itu percaya bahwa proses adaptasinya akan membuahkan hasil jika ia terus bekerja keras dan membangun koneksi dengan rekan setim.
“Saya tidak akan lari dari tanggung jawab. Saya tahu fans MU ingin hasil cepat, tapi saya yakin, dengan kerja keras dan kesabaran, saya bisa memberikan yang terbaik,” tegasnya.
Cunha juga menyampaikan rasa terima kasih kepada para pendukung yang tetap memberikan dukungan, meski performanya belum maksimal. Ia menilai, dukungan itu menjadi motivasi terbesar untuk terus berkembang.
“Ketika saya mendengar chant fans di Old Trafford, itu membuat saya merinding. Saya ingin membalas kepercayaan itu di lapangan,” ujarnya.
Untuk pembaruan berita sepak bola dunia, profil pemain, dan insight taktik terbaru, kunjungi MUSTANG303 — portal informasi olahraga terpercaya bagi penggemar bola internasional.