Dipublikasikan oleh AriSuwarno •

Manchester United kembali jadi bahan olok-olokan dunia sepakbola. Pada 28 Agustus 2025, mereka dipermalukan oleh klub League Two, Grimsby Town, di ajang Carabao Cup Mustang303 Link Resmi dan Aman. Pertandingan berakhir imbang 2–2 dalam 90 menit, sebelum MU kalah lewat adu penalti dengan skor 12–11.
Hasil ini mencatat sejarah kelam: pertama kalinya sejak 1948 United tumbang dari Grimsby, sekaligus mengulang catatan buruk di era modern—bahkan lebih memalukan dibanding kekalahan dari MK Dons pada 2014. Bagi banyak fans, kekalahan ini adalah titik nadir di era Ruben Amorim. Tidak hanya kalah, tetapi gaya bermain yang dipertontonkan dianggap tanpa arah, minim agresivitas, dan menunjukkan betapa lemahnya mental skuad.
Komentar Amorim Sindiran atau Sinyal Mundur?
Usai laga, Amorim membuat pernyataan yang kini jadi viral. Ia berkata:
“Something has to change. And you are not going to change 22 players again.”
Pernyataan ini menimbulkan interpretasi luas. Sebagian fans menganggap Amorim tengah menyalahkan pemain, sementara sebagian lain membaca kalimat itu sebagai kode bahwa dirinya siap mundur.
Media Inggris pun ramai-ramai menyorot komentar tersebut. The Times menulis bahwa pernyataan itu adalah indikasi frustrasi seorang manajer yang merasa “habis akal”, sementara Sky Sports menilai ucapan tersebut bisa ditafsirkan sebagai “ultimatum terbuka” bagi manajemen.
Gosip Pemecatan Makin Kencang
Kekalahan dari Grimsby mempercepat rumor yang sudah lama berhembus: Amorim bisa kehilangan pekerjaannya sebelum Natal.
- Standard UK melaporkan bahwa manajemen MU—yang kini dikendalikan INEOS—sudah menyiapkan skenario darurat.
- Dua nama disebut paling realistis: Oliver Glasner (Crystal Palace) dan Andoni Iraola (Bournemouth).
- Rumor lain menyebut Gareth Southgate dan Michael Carrick masuk radar sebagai alternatif jangka menengah.
Banyak analis bahkan mengklaim manajemen hanya menunggu momen yang tepat. Jika performa tidak membaik dalam dua laga ke depan (melawan Burnley dan Manchester City), maka pemecatan hampir pasti dilakukan.
Analisis Taktis Sistem Amorim Dipertanyakan
Selain hasil buruk, masalah utama United ada di taktik. Amorim ngotot menerapkan sistem 3-4-3, yang ternyata sulit diadaptasi oleh skuad MU:
- Lini tengah sering kalah jumlah, membuat Kobbie Mainoo dan Mason Mount sering kewalahan.
- Pertahanan kacau karena Matthijs De Ligt dan Lisandro MartÃnez dipaksa bermain melebar.
- Serangan tidak efektif; Bruno Fernandes kerap kehilangan posisi, sementara striker minim suplai.
Analis The Busby Babe bahkan menyebut taktik Amorim sebagai “terlalu romantis untuk Premier League”—gaya main yang cocok di Liga Portugal, tetapi tidak di liga paling intens di dunia.
Dukungan Manajemen Masih Ada, Tapi Tipis
Meski kritik datang dari semua arah, kabarnya Amorim masih mendapat dukungan formal dari jajaran manajemen. Sir Jim Ratcliffe dan tim INEOS disebut belum ingin mengambil keputusan emosional, mengingat biaya kompensasi dan dampaknya pada kestabilan tim.
Namun, banyak yang percaya dukungan ini hanyalah soal waktu, bukan pilihan. Tekanan fans, pemberitaan media, dan hasil di lapangan bisa dengan cepat mengubah sikap manajemen.
Kesimpulan
Situasi Ruben Amorim di Manchester United kini benar-benar berada di ujung tanduk. Kekalahan dari Grimsby Town bukan hanya soal hasil, tetapi simbol dari krisis yang lebih besar: kelemahan taktik, mental tim yang rapuh, dan jurang kepercayaan antara pelatih, fans, dan media.
Meski manajemen masih menunjukkan kesabaran, semua indikator—dari odds taruhan, gosip kandidat pengganti, hingga komentar Amorim sendiri—menunjukkan bahwa masa depannya di Old Trafford sangat tidak pasti.
Bagi banyak fans, pertanyaan bukan lagi “apakah Amorim akan dipecat?”, melainkan “kapan waktunya?”.