Ditanya soal Balita di Sukabumi Meninggal Akibat Cacingan, Menko PMK: "Saya Ngantuk", Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Ditanya soal Balita di Sukabumi Meninggal Akibat Cacingan, Menko PMK: "Saya Ngantuk", Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Balita Sukabumi Cacingan, Menko PMK Ngantuk

Tragedi Balita Sukabumi Meninggal Dunia Akibat Cacingan Akut

JAKARTA - Sebuah kabar duka datang dari Sukabumi, Jawa Barat. Seorang balita berusia empat tahun bernama Raya meninggal dunia setelah berjuang melawan cacingan akut selama sembilan hari di rumah sakit.

Kasus ini menyentuh hati banyak orang dan memantik pertanyaan besar tentang sistem kesehatan kita. Ironisnya, respons dari pejabat tinggi justru menambah keprihatinan publik.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, memberikan pernyataan yang dinilai tidak sensitif. Ketika ditanya awak media, ia malah beralasan sedang ngantuk.

Kronologi Meninggalnya Balita Korban Cacingan Akut

Kasus ini bukan sekadar statistik. Ada cerita pilu di baliknya.

Perjuangan Raya Melawan Cacingan

Raya harus dirawat intensif selama sembilan hari. Kondisinya sangat parah akibat infeksi cacing yang sudah mencapai tingkat akut.

Cacingan yang sering dianggap sepele ternyata bisa berakibat fatal, terutama pada anak-anak dengan kondisi kekurangan gizi atau akses kesehatan yang terbatas.

Kendala Biaya Pengobatan yang Menghambat

Yang lebih menyedihkan, perawatan medis yang dijalani Raya sempat terkendala biaya. Dilaporkan oleh Relawan Rumah Teduh Sukabumi, Raya tidak memiliki identitas resmi maupun kepesertaan BPJS Kesehatan.

Hal ini membuat proses pengobatan menjadi sangat sulit dan mahal.

Peran Serta Relawan dalam Pendampingan

Dalam situasi kritis ini, Relawan Rumah Teduh Sahabat turun tangan. Mereka mendampingi pengobatan Raya dan terpaksa menanggung biaya pengobatan yang sangat besar, mencapai Rp23 juta.

Besaran biaya ini disebabkan karena Raya tidak tercatat sebagai peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).

Sistem kesehatan Indonesia dan akses BPJS untuk masyarakat

Respons Kontroversial Menko PMK Pratikno

Di tengah duka dan tanya publik, respons pemerintah justru menuai badai kritik.

Pernyataan "Diserahkan ke Kemenkes"

Menko PMK Pratikno, yang seharusnya menjadi koordinator utama isu manusia dan kebudayaan, tampak melemparkan tanggung jawab. Saat dikonfirmasi di kantornya pada Kamis (21/8/2025), Pratikno hanya mengatakan, "Mungkin anu ya, Kemenkes yang ngawal cukup detail."

Ia kembali menegaskan bahwa masalah ini akan ditangani oleh Kemenkes.

Kelakar "Saya Ngantuk" yang Menyinggung Perasaan

Puncaknya, ketika awak media ingin mendalami soal koordinasi pemerintah menangani akar masalah ini, Pratikno justru berkelakar. Dengan gestur menunjuk diri sendiri, ia berkata, "Enggak tahu saya, ini agak ngantuk dikit."

Pernyataan ini dinilai sangat tidak profesional dan tidak empatik, terutama untuk menanggapi kematian seorang anak akibat penyakit yang seharusnya bisa dicegah.

Mengapa Cacingan Bisa Berakibat Fatal?

Anggapan cacingan sebagai penyakit sepele adalah kesalahan besar.

Bahaya Infeksi Cacing yang Terabaikan

Cacingan parah dapat menyebabkan anemia akut, kekurangan gizi, penyumbatan usus, dan gangguan organ dalam. Pada anak-anak, dampaknya lebih buruk karena menghambat tumbuh kembang dan menurunkan daya tahan tubuh secara signifikan.

Pentingnya Pencegahan dan Kesadaran

Pencegahan cacingan sebenarnya sederhana: menjaga kebersihan lingkungan, mencuci tangan dengan sabun, mengonsumsi air bersih, dan memakai alas kaki.

Program pemberian obat cacing secara rutin di sekolah dan posyandu juga sangat efektif.

Kritik Publik dan Masa Depan Program Kesehatan

Respons Menko PMK ini memantik kemarahan warganet di media sosial. Banyak yang mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam menangani isu kesehatan dasar, terutama untuk masyarakat marginal yang tidak memiliki identitas dan akses BPJS.

Pencegahan cacingan dan kritik publik terhadap pernyataan pejabat

Kesimpulan: Sebuah Pelajaran Pahit untuk Indonesia

Kematian Raya adalah tamparan keras bagi bangsa ini. Ini adalah simbol dari kegagalan sistem dalam melindungi warga yang paling rentan. Mulai dari belum meratanya akses kesehatan hingga belum tuntasnya pendataan warga untuk program JKN.

Di sisi lain, respons pejabat yang tidak empatik dan cenderung menghindar seperti yang ditunjukkan Menko PMK Pratikno justru memperkeruh suasana.

Publik berharap pejabat negara bisa lebih bijak, sensitif, dan proaktif dalam menangani masalah rakyat, bukan malah memberikan jawaban yang terkesan mengelak dan tidak bertanggung jawab.

Setiap nyawa berharga, dan setiap kematian yang bisa dicegah adalah tanggung jawab kita bersama Slot online Mustang303 gacor.

#MenkoPMK #Pratikno #BalitaSukabumi #Cacingan #KesehatanNasional #BPJS #Sukabumi #BeritaNasional

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama