Terbit : 16 MAY 2025
Waktu baca : 3Min
Penulis : @Lukas
LintasWaktu33 - Jakarta – Jakarta Rayen Pono memenuhi undangan penyidik Polda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan terkait laporannya terhadap musisi Ahmad Dhani. Pemeriksaan ini dilakukan setelah Rayen melaporkan Dhani atas dugaan penghinaan terhadap marga Pono.
Dalam proses pemeriksaan, Rayen didampingi oleh dua orang kuasa hukum, yaitu Amon Fiago dan Jajang. Ia juga menghadirkan dua saksi, salah satunya adalah kakak kandungnya sendiri, untuk memperkuat keterangannya.
Jakarta – Rayen Pono, salah satu pihak yang terlibat dalam penyelidikan kasus tertentu, telah memenuhi panggilan penyidik Polda Metro Jaya untuk memberikan keterangan. Pertemuan tersebut berlangsung pada Kamis (15/5/2025), di mana Pono menyampaikan sejumlah informasi terkait laporan yang sedang diusut.
“Hari ini, setelah kami selesai memenuhi permintaan keterangan dari penyidik, ada sekitar 11 pertanyaan yang diajukan,” ungkap Pono saat ditemui usai proses pemeriksaan.
Meski tidak merinci secara detail pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, Pono mengaku telah kooperatif selama proses penyelidikan. Ia juga menyatakan komitmennya untuk mendukung kelancaran proses hukum.
Sumber terkait menyebutkan bahwa pemeriksaan ini merupakan bagian dari upaya mengumpulkan fakta dan klarifikasi atas laporan yang sebelumnya telah diajukan. Namun, hingga berita ini diturunkan, pihak kepolisian belum memberikan pernyataan resmi terkait perkembangan kasus tersebut.
Proses hukum ini masih terus berlanjut, dan publik diharapkan menunggu informasi lebih lanjut dari pihak berwenang.
Dalam upaya menegakkan hukum, proses pemeriksaan dan penyelidikan harus berjalan secara profesional dan tanpa diskriminasi. "Kami terus melakukan progres yang signifikan. Pemeriksaan dan penyelidikan berlangsung sesuai prosedur, dengan harapan seluruh tahapan ini dapat memenuhi prinsip keadilan bahwa setiap orang setara di depan hukum," tegas Rayen Pono, menekankan komitmen untuk memastikan transparansi dan keadilan.
Meski sempat menerima permintaan maaf dari Dhani terkait dugaan penghinaan, Rayen memutuskan untuk tetap melanjutkan proses hukum. Menurutnya, permintaan maaf yang disampaikan tidak mencerminkan penyesalan tulus, sehingga dianggap tidak memiliki keberadaan yang berarti.
"Bagi kami, permintaan maaf itu tidak ada, karena tidak lahir dari rasa bersalah yang sebenarnya. Apa pun yang muncul di media, kami tidak menganggapnya sebagai permintaan maaf yang sah. Kami sepakat bahwa permintaan maaf seperti itu tidak pernah benar-benar ada. Selain itu, permintaan maaf tidak serta-merta menghentikan proses hukum. Itulah mengapa kami memilih untuk terus maju," tegas Rayen dalam keterangannya.
Dalam kasus yang sedang mencuat, Rayen kembali menegaskan bahwa keputusan untuk melanjutkan proses hukum bukanlah bentuk penutupan terhadap jalan damai. Pasalnya, menurutnya, tidak pernah ada narasi perdamaian sejak awal.
“Tidak ada pintu yang ditutup, karena narasi damai itu tidak pernah ada. Saya melakukan apa yang menjadi keyakinan saya, bersama tim kuasa hukum dan keluarga, bahwa nama keluarga kami sudah dihina dan dilecehkan,” ujar Rayen tegas.
Ia menambahkan bahwa kasus ini bukan sekadar persoalan pribadi, melainkan juga menjadi showcase buruk bagi generasi muda. Menurutnya, nilai-nilai etika perlahan mulai tergerus, dan itulah yang menjadi semangatnya untuk memperjuangkan keadilan.
“Ini menjadi contoh yang tidak baik bagi generasi muda jika masalah etika dianggap sepele. Kami ingin menegaskan bahwa penghinaan dan pelecehan tidak boleh dinormalisasi,” tegasnya.
Dengan langkah hukum yang diambil, Rayen berharap ada efek jera sekaligus pengingat bagi masyarakat agar lebih menghargai martabat orang lain. Meski demikian, ia menegaskan bahwa keputusannya bukan berarti menolak perdamaian, melainkan karena memang tidak pernah ada upaya perdamaian sejak awal.
“Kami berpegang pada prinsip hukum dan etika. Jika memang ada niat baik untuk berdamai, seharusnya itu dibicarakan sejak lama, bukan setelah proses hukum berjalan,” pungkasnya.
Dengan sikap yang jelas ini, Rayen dan keluarga berkomitmen untuk terus memperjuangkan hak mereka melalui jalur hukum, sembari mengedepankan pentingnya nilai-nilai etika dalam kehidupan sosial.
Kasus yang menimpa Rayen Pono menjadi pengingat penting bagi masyarakat tentang nilai kehormatan keluarga dan pentingnya saling menghargai, terlepas dari latar belakang seseorang. Rayen berharap kejadian ini dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak agar selalu menjaga sikap hormat, tidak hanya kepada individu, tetapi juga pada nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh keluarga mereka.
"Saya memperjuangkan ini semata-mata bukan untuk diri saya sendiri, tapi buat keluarga besar saya. Dan untuk semua orang yang memiliki marga dan percaya bahwa marga itu menyangkut kehormatan keluarga," tegas Rayen.
Ucapannya ini menggambarkan betapa seriusnya persoalan kehormatan keluarga bagi sebagian masyarakat, terutama yang masih memegang teguh tradisi dan nilai leluhur. Dalam banyak budaya, marga bukan sekadar identitas, melainkan simbol harga diri yang harus dijaga oleh setiap anggotanya. Oleh karena itu, tindakan yang dianggap merendahkan atau mencoreng nama keluarga sering kali menuai konsekuensi serius.
0 Komentar