Dipublikasikan oleh YogaIhzam •

Arsenal kembali menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar tim dengan permainan indah dan penguasaan bola tinggi. Di bawah asuhan komunitas Mustang303 Mikel Arteta, The Gunners telah berkembang menjadi kekuatan penuh yang memadukan estetika permainan dengan efisiensi mematikan — terutama lewat situasi bola mati (set-piece). Kini, hampir setiap tendangan pojok, tendangan bebas, hingga lemparan ke dalam Arsenal menjadi ancaman nyata bagi pertahanan lawan.
Dan hasilnya terlihat jelas: Arsenal kini menjadi salah satu tim paling berbahaya dari bola mati di seluruh Premier League 2025/26 — membuat banyak rival mulai ketar-ketir setiap kali mereka menghadapi situasi itu.
Dari “Set-Piece FC” Jadi Tim Lengkap
Julukan “Set-Piece FC” dulu mungkin terdengar seperti candaan di kalangan penggemar sepak bola. Tapi kini, istilah itu menjadi pujian terselubung bagi Arsenal. Mereka bukan hanya pandai mencetak gol dari bola mati, tapi juga berhasil membangun sistem permainan yang sangat terorganisir di semua lini.
Menurut data dari Opta dan WePlayFPL, hingga awal November 2025, sekitar 69% dari total gol Arsenal musim ini berasal dari situasi bola mati. Jumlah yang luar biasa untuk tim yang juga dikenal dengan pressing tinggi dan permainan umpan cepat.
Artinya, Arsenal tak lagi hanya mengandalkan kombinasi antar lini dan pergerakan cepat di ruang sempit — mereka juga bisa mematikan dari peluang sekecil apa pun.
“Kami percaya bola mati adalah bagian penting dari permainan modern,” kata Mikel Arteta. “Jika kamu ingin menang di Premier League, kamu harus bisa mencetak gol dari semua cara yang mungkin — termasuk set-piece.”
Kecermatan Nicolas Jover, Otak di Balik Set-Piece Arsenal
Keberhasilan Arsenal dalam bola mati tak lepas dari peran Nicolas Jover, pelatih spesialis set-piece asal Prancis yang direkrut Arteta dari Manchester City pada 2021. Sejak saat itu, Arsenal mengalami revolusi dalam eksekusi bola mati — baik ofensif maupun defensif.
Jover dikenal obsesif terhadap detail. Ia menganalisis pola gerakan lawan, posisi bek, hingga arah angin di stadion untuk menyesuaikan strategi bola mati. Hasilnya? Arsenal kini mampu mengeksekusi lebih dari 10 variasi sepak pojok berbeda, termasuk kombinasi umpan pendek, blok di tiang dekat, dan gerakan “decoy” yang membingungkan pertahanan lawan.
Menurut laporan Opta, rata-rata Arsenal membutuhkan 45,4 detik sebelum mengirimkan sepak pojok — waktu yang mereka gunakan untuk mengatur posisi dan menipu lawan. Mereka bukan hanya menendang bola ke tengah, tapi menciptakan pola seperti permainan catur di depan gawang lawan.
Revolusi Taktik: Arsenal Bukan Sekadar Main Indah
Yang menarik, pendekatan Arteta ini menandai perubahan paradigma dalam sepak bola Inggris. Jika dulu tim dengan permainan bola panjang dan set-piece kuat identik dengan gaya pragmatis, kini Arsenal membuktikan bahwa strategi bola mati bisa berjalan seiring dengan permainan atraktif dan modern.
Artikel dari The Times menyebut bahwa tren “possession out, long ball in” kini melanda banyak klub Premier League — dan Arsenal adalah salah satu pelopornya. Bedanya, Arsenal memadukan kekuatan fisik dengan kecerdasan taktik.
Mereka bisa memainkan permainan cepat berbasis umpan seperti Manchester City, tapi juga punya kemampuan menaklukkan lawan dengan bola mati yang presisi seperti Burnley era Sean Dyche — versi jauh lebih halus dan efisien.
Kesimpulan: Arsenal, Ancaman Penuh di Setiap Detik
Dengan strategi bola mati yang inovatif, disiplin taktis tinggi, dan pemain yang tahu peran masing-masing, Arsenal kini menjadi tim paling komplet di Premier League. Mereka bisa menang lewat permainan terbuka, tapi juga bisa menghancurkan lawan dari satu sepak pojok atau lemparan jauh.
Dalam dunia sepak bola modern, Arsenal di bawah Arteta adalah contoh sempurna dari sinergi antara estetika dan efisiensi. Mereka bukan hanya bermain indah — mereka bermain cerdas.
Kunjungi web Mustang303 yang mudah diakses untuk membaca lebih banyak analisis sepak bola terkini dan wawasan menarik lainnya seputar strategi tim-tim elite Eropa.