Potongan Tubuh Ditemukan di Semak-Semak
LINTASWAKTU33, Kasus mutilasi di Pacet, Mojokerto, Jawa Timur, mengejutkan publik setelah warga menemukan potongan tubuh manusia di semak-semak pada Sabtu (6/9/2025). Polisi segera melakukan penyelidikan dan dengan bantuan anjing pelacak berhasil menemukan bagian tubuh lainnya yang tercecer di beberapa titik.
Korban diketahui seorang perempuan berinisial TAS (25) asal Pacitan, Jawa Timur. Publik pun bertanya-tanya: bagaimana polisi bisa mengetahui identitas korban meski tubuhnya tidak utuh?
Kerja Teliti Tim Forensik
Brigjen Pol. Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti, SpF, DFM, dokter forensik dari Karolabdokkes Pusdokkes Polri sekaligus Ketua Perhimpunan Dokter Forensik dan Medikolegal Indonesia (PDFMI), menjelaskan bahwa identifikasi korban mutilasi memerlukan kerja tim yang teliti.
“Semua bagian tubuh yang ditemukan dibawa ke fasilitas forensik untuk pemeriksaan menyeluruh. Dari sana bisa diketahui jenis kelamin, perkiraan usia, hingga penyebab kematian,” jelas Hastry, Rabu (10/9/2025).
Karena di Mojokerto tidak ada dokter forensik, pemeriksaan korban ditangani langsung oleh Profesor Yudi, spesialis forensik dan medikolegal dari Surabaya.
Identifikasi dari Gigi, Sidik Jari, hingga DNA
Menurut Hastry, proses identifikasi korban dilakukan seperti menyusun puzzle. Tim forensik meneliti gigi, tulang, hingga ciri fisik untuk memastikan identitas korban.
Jika diperlukan, pemeriksaan sidik jari dan data medis korban digunakan sebagai pembanding. Pada tahap terakhir, pemeriksaan DNA menjadi kunci untuk memastikan identitas dengan mencocokkan sampel korban dan data keluarga. -Link Alternatif Resmi idn33
“Tes DNA biasanya memakan waktu 10 hari hingga dua minggu. Karena itu, laporan orang hilang dari keluarga sangat penting untuk mempercepat proses,” tambahnya.
Peran Masyarakat Sangat Penting
Hastry menekankan pentingnya kerja sama antara polisi dan masyarakat. Tanpa laporan orang hilang, proses identifikasi bisa lebih lama.
“Kerja sama ini akan mempercepat proses, sehingga korban bisa segera dimakamkan dengan hormat, dan penyidikan kasus berjalan lebih cepat,” ujarnya.
Belajar dari Kasus Besar Lain
Metode serupa juga digunakan dalam peristiwa bencana besar. Misalnya, pada kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak tahun 2012, tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri berhasil mengenali seluruh korban melalui kombinasi data medis, gigi, sidik jari, dan DNA.
Kerja tim forensik bukan hanya soal ilmu kedokteran, tetapi juga kemanusiaan—memberi kepastian identitas kepada keluarga korban dan membantu penegakan hukum.
Terbit : 12 September 2025
Waktu Baca : 5 menit
Penulis : @Dafodil