Waktu Baca : 2 Menit
Senin malam (25/8/2025), ketegangan kembali pecah di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat. Sekitar pukul 20.20 WIB, aparat kepolisian mulai mengambil tindakan untuk membubarkan kerumunan massa yang masih bertahan di area sekitar rel kereta api.
Upaya pembubaran dilakukan dengan tembakan gas air mata. Merespons hal tersebut, beberapa peserta aksi membalas dengan menyalakan kembang api, menciptakan suasana bentrok yang semakin memanas. Tekanan dari pihak kepolisian mendorong massa mundur hingga mendekati area Stasiun Palmerah. Kondisi lalu lintas yang sempat pulih kembali terganggu akibat insiden tersebut.
Di lokasi kejadian, masih tampak sisa-sisa kericuhan seperti ban terbakar dan balok beton yang menghalangi sebagian ruas jalan. Aksi ini sendiri merupakan bentuk protes terhadap besaran gaji dan tunjangan anggota DPR RI yang disebut-sebut melebihi angka Rp100 juta per bulan.
Para demonstran yang didominasi oleh pelajar berseragam menuntut transparansi serta peninjauan kembali besaran penghasilan para wakil rakyat yang dinilai tidak sebanding dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Kerumunan massa masih bertahan di bawah kolong Jembatan Slipi, berhadapan langsung dengan barisan aparat. Di tengah aksi, terlihat tumpukan kayu dibakar, menghasilkan asap pekat yang membubung ke langit Jakarta, yang sore harinya diguyur hujan.
Gas air mata terus diluncurkan oleh pihak kepolisian, memaksa banyak peserta aksi mundur sambil terbatuk dan membasuh wajah mereka dengan air untuk meredakan iritasi.
Penutup:
Situasi ini mencerminkan meningkatnya ketegangan antara masyarakat, khususnya generasi muda, dengan para pengambil kebijakan. Tuntutan terhadap transparansi dan keadilan sosial semakin nyaring disuarakan. Diperlukan respons yang bijak dan terbuka dari pemerintah untuk menghindari eskalasi konflik yang lebih luas.